(yah meskipun ngga punya sahabat di dunia blogging dan kemungkinan besar post ini gak ada yang baca but it's ok, karena aku hanya pengen nulis dan ngga punya kalimat sapaan yang lain hehe)
Kira-kira ini sudah delapan bulan dari terakhir kali aku bercerita/nulis gaje di blog ini. Kedengarannya cukup lama, ya?Tapi kenyataannya waktu berlalu sangat cepat. And the point is aku ingin nulis sesuatu lagi di blog ini. Bukan tentang hal yang cukup serius, hanya hal-hal yang sering terjadi di kehidupan sehari-hari.
Kali ini, aku ingin bahas tentang teman. pertemanan. persahabatan. atau hal-hal lain yang sejenisnya.
kok kayaknya ini isinya bahas teman melulu ya(?)
Ah nggak kok. Blog ini kan juga pernah share quotes, bahas tentang 5SOS, juga bahas lagunya Coldplay.
Emangnya mau bahas apalagi sih tentang teman?
Baca aja, kalau mau tau.
Okay, let's start. Sebelum ke point inti tentang topik ini, mari kita pahami dan cari tau dulu apa itu teman. Nggak perlu lah definisi teman menurut para ahli, menurut diri sendiri aja.
Kalau menurutku, teman itu yaa...teman ((mulai gak jelas))
Orang yang bisa buat kita berbagi cerita, kesedihan, kesenangan, yang ngajak kita bicara, yang buat kita ngerasa kalau kita ini nggak hidup sendirian.
Kedengarannya si Teman ini sangat menyenangkan,ya? Kehadirannya selalu kita tunggu-tunggu. Kalau si Teman ini nggak datang, kadang kita ngerasa nggak lengkap. Kalau dia sakit, kita juga ikut sakit atau kesusahan. Ibaratnya tongkat dan kaki, kalau yang sebelah kanan terkilir kita jadi susah jalan dan membutuhkan bantuan tongkat untuk berjalan. Nah, tongkat itulah teman kita. Berarti sekali, bukan?
Tapi, seiring berjalannya waktu, ketika kaki kanan kita yang terkilir tadi sudah sembuh tongkat yang tadinya sangat berguna itu jadi tidak berguna lagi. Dibiarkan begitu saja. Dilupakan. Atau bahkan dibuang.
Seperti itu pula, teman. Waktu akan terus berjalan, tidak selama-lamanya dua orang yang berteman atau bersahabat berjalan bersisian. Ada kalanya satu dari mereka berjalan di belakang. Terlalu jauh tertinggal di belakang. Atau yang lainnya berlari terlalu jauh ke depan sana mengejar bus karena takut tertinggal. Tetapi, ketika ia sudah duduk di bangku penumpang ia baru tersadar bahwa seharusnya sekarang ia duduk bersama orang yang dari awal berjalan bersisian dengannya. Tapi karena ia terlalu sibuk mengejar bus tadi ia lupa, kalau pada awalnya ia berjalan bersama orang yang dianggapnya cukup berarti.
Bus melaju begitu saja. Si Teman yang menumpangi bus ini pun tidak dapat menghentikannya. Ia pun membiarkan keadaan ini berlalu begitu saja. Tidak berusaha menghentikan atau usaha apapun.
Pada kenyataannya, terkadang kita merasa si Teman meninggalkan kita begitu saja untuk menggapai sesuatu yang benar-benar diinginkannya. Kita tentu saja tidak bisa menyetel perasaan kita agar gembira sementara sedang ditinggalkan. Sungguh itu sulit. Tapi tak apa. Dukunglah hal-hal baik yang sedang berusaha dikejar oleh si Teman.
Ditinggalkan memang sedih dan sulit. Namun yang lebih menyedihkan dan menyulitkan adalah digantikan dan dilupakan.
Mungkin pernah suatu hari, orang yang pada hari-hari biasanya selalu ada di samping kita untuk bercerita,belajar,bermain,bernyanyi,menangis, atau melakukan hal-hal kecil lainnya bersama-sama, tapi tiba-tiba orang itu menghilang begitu saja. Seperti bayangan, menghilang di waktu senja. Namun berbeda dengan bayangan yang akan muncul esok paginya, orang itu justru tidak pernah datang lagi. Kita tidak pernah melihatnya lagi. Tidak pernah merasakan kehadirannya lagi.
Di lain kesempatan, kita pergi ke kota lain. Kita berjalan di jalur pedestrian untuk menikmati suasana kota yang kita kunjungi ini di pagi hari. Suasana kota itu tentu berbeda dengan kota asal kita. Kita merasa hampir semua hal yang kita lihat di sini asing.
Namun tiba-tiba kita melihat Dia.
Dia yang kita rasa familiar.
Benar! Dia itu adalah si bayangan yang tidak pernah kembali meskipun hari sudah kembali pagi.
Ya, Dia itu teman kita. Teman kita yang sempat pergi.
Meskipun familiar, banyak hal-hal baru yang membuatnya tidak tampak seperti dulu. Banyak hal yang telah berubah dan terganti. Dulu, ia pernah berkata bahwa ia tidak suka mengenakan pakaian berwarna mencolok, ia lebih suka warna hitam atau putih. Hari ini aku menemukannya dengan pakaian berwarna shocking pink. Gantungan kunci bintang -sepasang denganku- yang dulu menggantung di ranselnya telah berubah menjadi gantungan kunci matahari.
Dulu ia pernah berkata : Kenapa banyak orang ingin menjadi matahari untuk menerangi hari orang lain? kenapa tidak ingin jadi bintang saja untuk menerangi hari mereka di saat gelap?
Mungkin kini ia ingin menjadi bagian dari banyak orang itu.
People changes. And there's nothing we can do about it.
Orang-orang berubah. Bahkan orang terdekatmu. Dirimu sendiri pun akan berubah. Dan nggak ada yang bisa kita lakukan selain menerima perubahan itu.
Karena mereka berubah for their better version of theirselves. Kalau dengan perubahan ini dia nggak kembali lagi, dia nggak berjalan bersisian denganmu lagi, dia tidak lagi mendengarkan ceritamu lagi. Atau kita nggak bisa mendengarkan ceritanya lagi, nggak bisa merasakan kehadirannya lagi. It's okay. All will be alright. Just accept them:)
Banyak dari kita mengeluhkan teman kita berubah dalam poin : tidak pernah selalu ada lagi untuk kita. tidak pernah hadir dikala senang sedih atau hal-hal lainnya. Kadang kehadiran secara fisik bukanlah hal yang kita butuhkan. Sejatinya kehadiran seorang teman adalah yang bisa melegakan perasaan, menenangkan, dan menyenangkan itu di dalam hati. Jika jarak adalah dijadikan masalah atas ketidakhadiran teman, maka sebaik-baiknya tempat bagi teman adalah di dalam hati.